Judul : Dipanggil Untuk Kemerdekaan – Sebuah Studi Mengenai Gereja Masehi Injili di Timor dalam Hubungan dengan Lingkungannya
Penulis : L. Radja Haba
Ketebalan : xxxviii + 240 hlm
Ukuran : 140 mm x 210 mm
ISBN : 978-602-1161-32-6
Tahun Terbit: 2017
Apakah pertanyaan ini relevan? Bukankah Gereja berada di tengah-tengah manusia sebagai suatu realita yang tak dapat dipugkiri? Bukakah hubungannya dengan kekekalan merupakan suatu jaminan akan tempat dan peranannya yang tidak dapat dibantah? Di pihak lain harus pula diakui bahwa adanya ketakutan akan kehilangan fungsinya sangat nyata sedang berkembang dalam kalangan orang-orang percaya dan pemimpin-pemimpin yang mengakibatkan orang mengorbankan banyak waktu, tenaga dan energi untuk mempertahankannya. Dengan demikian dikembangkanlah berbagai pandangan dan kegiatan, terutama untuk membuktikan bahwa Gereja ada dan memiliki tempat atau peran dalam masyarakat.
Dengan latar belakang ini maka, kami berpendapat bahwa pertanyaan di atas relevan dan memiliki dimensi yang sangat dalam yaitu: seberapa jauhkah relevansinya bagi dirinya sendiri, bahwa Allah mau menggunakannya sebagai mitra/kawan sekerja-Nya dalam karya penyelematan-Nya; seberapa jauhkah hal ini merupakan satu-satunya hal yang penting baginya bahwa ia memberikan dirinya untuk bekarya secara efektif sebagai Gereja Yesus Kristus.
Satu hal yang secara sangat jelas menjiwai seluruh buku ini adalah bahwa penulis berteologi dengan masalah-masalah kepemimpinan dan misi gereja pada masa awal gereja GMIT mulai mandiri. Dia tidak gampang jatuh dalam sikap pragmatis semata. Dia tidak melihat kenyataan gereja pada masa itu secara praktis semata, melainkan dia menimbang dan menilainya dari perspektif teologis. Dia juga tidak membela bahwa semua hal dalam gereja baik-baik saja. Sebaliknya dia mampu membangun oto-kritik terhadap gerejanya sendiri. Oto-kritik itu bagi seorang teolog/intelektual adalah hal yang terhindarkan. Ibarat menepuk air di dulang, wajah sendiri akan keciprat, namun hal itu dibutuhkan untuk ‘bersih-bersih’. Hal mengupayakan pembaharuan/pembersihan diri juga adalah karakter gereja Reformasi: ecclesia reformata semper reformanda (gereja reformasi mesti terus memperbaharui dirinya).