Judul : Mengiringi Kematian – 73 Homili/Renungan untuk Misa dan Ibadat Kematian
Penulis : Robert Bala
Ketebalan : 246 halaman
Ukuran : 140 x 210 mm
ISBN : 978-623-6724-41-5
Harga :
Buku ini diberi judul: MENGIRINGI KEMATIAN. Dengan judul ini dimaksud, kematian harus diberi makna khusus, diiringi dengan pesan yang kuat. Lebih lagi homili atau renungan harus menjadi sangat personal, khusus, dan eksklusif menggambarkan tentang ziarah hidup dari almarhum/almahumah. Homili atau renungan mestinya jauh dari sekadar hamburan kata-kata yang terlampau umum, biasa, dan terkesan sudah dihafal oleh pembawa homili. Ia harus merupakan ungkapan personal dan mengena. Apa yang diungkapkan saat homili menjadi pesan mendalam bagi keluarga dan hadirin.
Buku Mengiringi Kematian ini berisi 73 homili yang bisa dibawakan para imam. Tetapi juga bisa dibawakan dalam ibadat sabda / perkabungan oleh prodiakon, katekis, agen pastoral, dan pendeta. Semua renungan menggunakan sistematika yang sama yakni diawali dengan perikop bacaan Kitab Suci (2 sampai 3 ayat) kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Refleksi ini dilakukan setelah proses eksegese untuk menarik keluar pesan. Judul yang ditawarkan merupakan inti yang ditemukan setelah melakukan eksegese menarik keluar pesan dari bacaan yang selalu dilihat dari konteks keseluruhan bacaan tersebut.
Pada bagian ini, penulis sangat terbantu dengan eksegese yang ditampilkan dalam https://alkitab.sabda.org/commentary.php? Secara khusus model tafsiran dari Matthew Henry sebagai sarana yang sangat menolong untuk memperdalam pengertian dan pengenalan akan Firman Allah. Penyampaian ekposisi dan aplikasi kebenaran Alkitab yang begitu kaya dalam bahasa yang luwes dan indah merupakan keunggulan penulis yang sampai saat ini tidak tertandingi. Refleksi eksegetis ini dilaksanakan ‘di belakang layar’ tanpa harus menampilkannya dalam renungan. Tujuannya untuk menemukan ide menarik. Ide ini kemudian direfleksikan lebih jauh tetapi selalu ditempatkan dalam konteks keseluruhan bacaan sehingga menghindari adanya pencomotan perikop yang tidak sesuai konteks. Setiap homili / renungan / khotbah hanya terdiri dari 2 halaman. Hal ini sebenarnya merupakan sebuah perwujudan dari harapan Paus Fransiskus dalam audiensi mingguan, Rabu 24 Juni 2024. Paus berusia 87 tahun itu mengharapkan agar homili tidak lebih dari 8 menit: “Para pastor kerap kali mengatakan begitu banyak hal dalam homili dan mengerti apa yang mereka katakan”, demikian kata Paus bernama asli Jorge Bergoglio. Uskup Malang Mgr Henricus Pidyarto Gunawan, O.Carm memberikan toleransi untuk durasi homili bisa menjadi 12 menit. Intinya, menjadikan homili lebih singkat dengan pesan yang terukur dan tersentral dan tidak membebankan umat dengan hal-hal yang terlalu banyak. Intinya homili yang singkat perlu bersentral hanya pada satu pikiran. Pikiran yang terpusat ini kemudian bisa dikelolah dalam tiga tujuan yang perlu selalu diperhatikan dalam homili / renungan yakni: melayani Sabda, melayani Sakramen, dan melayani Umat Allah.
Melayani Sabda Allah mengandaikan upaya untuk mendalami Sabda Allah dan mendekati dengan tafsiran yang tepat. Tafsiran tepat ini kemudian dijadikan titik berangkat untuk merancangnya menjadi sebuah ide dan dibungkus dengan kata-kata yang menggugah. Penyingkapan Sabda Allah tidak berhenti di sana. Yang jauh lebih penting adalah mengarahkan umat untuk dapat merayakan imannya. Dalam acara kematian tentu saja sangat diliputi oleh kesedihan. Keberhasilan pengkhotbah membawakan renungan akan memungkinkan umat yang dilanda kesedihan dapat menemukan kekuatan untuk dapat merayakan imannya. Mereka dapat menerima makna di balik setiap kematian. Yang terakhir, homili perlu melayani umat. Mengiringi kematian disusun untuk bisa langsung digunakan. Karena itu bahasanya sudah disederhanakan. Selain itu ide-ide yang secara induktif diangkat dari pengalaman konkret diharapkan dapat dipahami semua orang dari berbagai kalangan masyarakat. Lalu mengapa jumlah renungan adalah 73 bukan angka yang lain? Awalnya penulis ingin membuat 56 buah renungan sebagai hadiah untuk penulis merayakan Ulang Tahun. Kemudian berkembang menjadi 60 tahun yang bisa menggambarkan usia karya seseorang dan memasuki masa pensiun. Kemudian berencana menjadikan sebagai angka lengkap 75. Tetapi di akhir tulisan ini, penulis akhirnya berlabuh di angka 73 tahun, setelah dua renungan terakhir rasanya tidak bisa diselesaikan. Untuk sebuah waktu, penulis berhenti di angka 73 yang kemudian penulis menemukan penjelasannya. Ternyada Angka Harapan Hidup orang Indonesia pada tahun 2024 adalah 72,50 tahun atau kalau digenapkan menjadi 73 tahun. Inilah angka penjelasan bahwa 73 buah renungan menggambarkan rata-rata harapan hidup orang Indonesia. Buku ini tidak disusun sebagai sebuah buku Ibadat Sabda karena sudah terdapat banyak buku untuk itu. Yang lebih dibutuhkan adalah variasi renungan hal mana disajikan dalam buku ini dan dapat menjadi pelengkap aneka ibadat kematian. Selain itu, pemakaiannya tidak saja untuk lingkungan Katolik tetapi juga untuk lingkungan Gereja Kristen Protestan.