Penulis : Yohanes Hans Monteiro
Ketebalan : xviii + 266 halaman
Ukuran : 140 mm x 210 mm
Tahun Terbit : Maret 2020
ISBN : 978-602-1161-91-3
Semana Santa atau Pekan Suci dalam termonologi Gereja univesal adalah satu peristiwa liturgis-salvivis dalam Gereja Katolik. Dalam peristiwa ini Gereja sejagad merayakan misteri iman sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus yang berawal dengan ibadat sore Minggu Palma dan berakhir dengan ibadat siang Kamis dalam Pekan Suci. Pekan suci ini dilanjutkan dengan tri hari suci di mana dalam perayaan ini “karya penebusan manusia dan pemuliaan sempurna Allah diselesaikan oleh Kristus Tuhan, terutama dengan misteri paskah derita-Nya yang suci, kebangkitann-Nya dari alam maut dan kenaikanNya yang mulia. Ia memusnahkan kematian kita dengan wafatNya, dan memugar kehidupan kita sambil berbangkit. Karena dari lambung Kristus yang wafat di salib, muncullah sakramen ajaib Gereja seluruhnya” (SC no. 5). Gereja lokal Keuskupan Larantuka sebagai bagian dari Gereja universal juga turut merayakan Pekan Suci ini. Tetapi perayaan pekan suci di Keuskupan Larantuka, khususnya di kota Larantuka dan sekitarnya menampilkan satu perayaan dengan ritus yang khas dan unik sebagai satu konfigurasi antara perayaan liturgis dan paraliturgis. Ritus ini dikemas dengan nama Semana Santa. Secara etimologis, Semana Santa adalah dua akar kata yang berasal dari bahasa Portugis yang berati Pekan Suci.
Semana Santa ini sudah banyak menjadi objek studi dan penelitian. Tetapi nampaknya kajian yang sudah dirampungkan itu belum cukup mengeksplorasi kekayaan yang terkandung di dalamnya. Semana Santa tetap menjadi satu oase yang tidak pernah kering kandungannya. Karena itu, satu upaya ilmiah kembali dilakukan atas Semana Santa dengan perspektif yang berbeda yang tersaji dalam buku SEMANA SANTA DI LARANTUKA SEJARAH DAN LITURGI.
Narasi Semana Santa di Larantuka ini mengeksploarasi kekayaan Semana Santa dari dua sudut tilik yang berbeda untuk mendapat satu narasi yang lebih komprehensif dan integratif. Kedua sudut tilik itu adalah sudut tilik sejarah dan liturgi. Dari sudut tilik sejarah, buku ini mengkaji historitas dari Semana Santa. Kajian historis ini mengeksplorasi muatan antropologis tentang budaya Lamaholot pada umumnya dan Larantuka pada khususnya. Kajian ini memfigurasi satu entitas budaya lokal Larantuka dan sekitarnya sejak pra kekatolikan sampai dengan perjumpaannya dengan kekatolikan yang dibawa oleh misionaris Portugis. Dengan demikian Semana Santa itu menjadi satu budaya orang Larantuka. Karena sudah menjadi budaya, maka Semana Santa itu mempunyai dampak keimanan yang kuat dan berkelanjutan bagi pewaris dan penganutnya.
Selain perspektif sejarah, buku ini juga mengkaji Semana Santa dari sudut tilik liturgi. Kajian liturgis ini menghasilkan satu pembongkaran makna dan muatan teologis dari Semana Santa. Sejatinya, Semana Santa yang dirayakan di Larantuka itu memiliki kandungan biblis-teologis dan liturgis yang kaya. Kandungan inilah yang dieksplorasi dalam studi ini sehingga warisan ini tidak menjadi satu ritus statis tanpa makna; satu ritus liturgis rutin tanpa efek. Dengan demikian apa yang dirayakan itu tidak hanya menjadi satu ekspresi ritual yang emosional saja tetapi juga satu ungkapan ritual yang rasional sehingga ada pengetahuan yang memadai sebagai dukungan yang solid bagi iman. Iman yang ditopang oleh ajaran yang sehat adalah iman yang berkembang dan dinamis (bdk. Kan. 248).