Penulis : Mgr. Gabriel Yohanes Wilhelmus Manek, SVD Uskup Keuskupan Larantuka (Pendiri Kongregasi Puteri Reinha Rosari)
Ukuran : 12 x 19 cm
Ketebalan : 132 hlm
Tahun : 2025
ISBN : Sedang diproses
Sepanjang masa hidupnya sebagai Uskup Larantuka (1951-1961), Uskup Gabriel Yohanes Wilhelmus Manek, SVD, menyediakan banyak waktu untuk menulis konstitusi Kongregasi Puteri Reinha Rosari yang didirikannya. Inilah dokumen otentik yang berisi serangkaian pedoman umum yang mengatur cara hidup anggota PRR, yang mendasari spiritualitas dan kharisma Kongregasi. Dalam Konstitusi, Uskup Gabriel Manek mencurahkan banyak ide tentang bagaimana seorang PRR dididik, dibimbing dalam relasi dengan Tuhan, sesama dan dalam karya. Konstitusi asli tulisan tangan Pendiri Uskup Gabriel Yohanes Wilhelmus Manek, SVD, merupakan sebuah refleksi atas kedalaman hidup rohaninya, merupakan spiritualitas nyata yang penuh dengan kebajikan mengenai hal yang konkret dan praktis. Beberapa artikel konstitusi PRR ini mencerminkan iman dan keutamaan-keutamaannya yang mendalam sebagai seorang Imam, Uskup dan biarawan, yang diwariskan kepada suster-susternya: Berikut kutipan salah pesan sekaligus ajaran beliau yang ditulis dengan menggunakan ejaan lama Bahasa Indonesia: Agar terpelihara baik-baik semangat panggilan kita, hendaklah para suster mengindahkan latihan-latihan biara iv KONSTITUSI PRR lebih dari semuanja. Seradjin-radjinnya hendaklah mereka menjuburkan semangat doa dan ibadah jang tak terkira manfaatnja, karena di dalamnja terkandung Latihan-latihan rohani, perjanjian keselamatan di hidup ini dan jang baka (art.138). Lebih-lebih harus semua anggota berusaha akan menaruh maksud jang sutji. Pada segala perbuatan dan penderitaan hendaknya mereka dijiwa kerinduan ichlas, mau mengabdi dan berkenan kepada Tuhan yang Maha baik, karena la-lah sumber segala sesuatu, dan karena tjinta kasih-Nya jang meliputi kita dengan anugerah-anugerah tak ternilai (Art. 139). Sekalian jang telah masuk Tarekat kita, hendaklah menuntut dengan radjın kebadjikan yang kukuh lagi sempurna serta kemadjuan dalam hidup rohani. Haruslah mereka jakin bahwa ketiga perkara ini (kebadjikan ketaatan, kebadjikan kemiskinan, kebadjikan kemurnian) lebih penting dari pengetahuan atau semua bakat dan ketjakapan kodrati. Sebab inilah sumber jang mengalirkan kekuatan bathin kepada perbuatan perbuatan lahir, untuk mentjapai maksud jang sama-sama kita kedjar (art. 140). Tjiri tanda pengenal Serikat ialah penghormatan pada Bunda Maria dengan gelar “Reinha Rosari”. Penghormatan lahir dengan doa Rosario dan latihan[1]latihan lain sedapat mungkin berbarengan dengan penilaian dan tjintakasih bathin sebagai seorang anak terhadap ibunja. Hal ini harus berdasarkan kejakinan bahwa, di jalan seaman[1]amannja kepada Tuhan Yesus melalui Maria seperti Tuhan Yesus diberikan kepada dunia melalui Maria, Jalan ini teraman, baik bagi diri mereka sendiri, maupun untuk membawa orang lain kepada Kristus (art.142).
Meskipun Konstitusi ini dapat disajikan sebagai karya asli Pendiri PRR, Uskup Gabriel Yohanes Wilhemus Manek, SVD, namun dalam perjalanarı Kongregasi yang menghadapi berbagai tantangan dan perubahan zaman pemikiran-pemikiran Pendiri menjadi pegangan dasar yang kemudian digagaskan kembali dalam bahasa zaman, yang dapat dipahami dan terintegrasi dalam cara menanggapi kebutuhan zaman oleh Kongregasi PRR. Himbauan Gereja universal melalui beberapa Enciklik Paus turut memberi warna pemikiran dalam bahasa Konstitusi Kongregasi selanjutnya.