Skip to content
ledalero-publisher.com

ledalero-publisher.com

ledaleropublisher

  • HOME
  • BERITA BUKU
  • HUBUNGI KAMI
  • PRODUK
  • KATALOG
  • RESENSI BUKU
  • TENTANG KAMI
  • Toggle search form
  • TEOLOGI TERLIBAT – Politik & Budaya dalam Terang Teologi Spritualitas
  • Allah Akbar-Allah Akrab Agama
  • EVANGELISASI Gereja yang Bergerak Keluar Agama
  • TEOLOGI TRINITAS DALAM KONTEKS MISTAGOGI – Pengantar Ke Dalam Misteri Allah Tritunggal Teologi
  • Terus Berubah Tetap Setia; Dasar, Pola, Konteks Misi Agama
  • Alam Belum Berhenti Bercerita Gereja
  • Seri: KEHIDUPAN RELIGIUS SEBUAH PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN ALLAH – Teologi Kehidupan Religius Teologi
  • Mati dan Bangkit Lagi Pastoral

Gambar

MGR. PETRUS NOYEN, SVD – Perintis Misi SVD di Indonesia

Posted on 14 Juli 2017 By ledalero
MGR. PETRUS NOYEN, SVD – Perintis Misi SVD di Indonesia

Pengarang : Alex Beding
Penerbit : Ledalero
ISBN : 978-602-1161-25-8
Terbit : Agustus 2016
Ukuran : 140 mm x 210 mm
Jumlah hlm. : 140 halaman
Harga : Rp. 40.000

Kisah para Rasul bab 2 ayat 9-11, adalah sebenarnya pembukaan kisah awal sejarah penyebaran Kabar Gembira Yesus Kristus untuk seluruh jagat. Bukan kebetulan peristiwa Pentekosta yang menggemparkan itu langsung disaksikan dan  didengar sendiri oleh sejumlah besar bangsa-bangsa Asia, orang-orang  dari Roma dan Afrika utara… yang hadir di Yerusalem. Mereka memberi kesaksian: “kami mendengar mereka (Rasul-rasul) berbicara dalam bahasa kita tentang perbuatan-perbuatan ajaib  yang  dilakukan  Allah”. Dan mereka semua yang menjadi saksi mata itu telah menjadi misionaris-misionaris pertama.  Mereka  telah  membuka jaringan penyebaran dengan menceriterakan peristiwa Pentekosta itu ke mana- mana hingga ke Asia Timur. Selama 20  abad  kemudian  setelah mendengar  pewartaan para misionaris kepada semua bangsa di seluruh dunia, orang- orang boleh mengulangi kata-kata yang sama di atas: … “kami mendengar mereka (misionaris-misionaris berbicara dalam bahasa kami tentang perbuatan- perbuatan ajaib yang dilakukan  Allah!” Itulah keajaiban Misi Yesus.

Semangat penyebaran Kabar Baik ini telah memberi inspirasi kepada imam Arnoldus Janssen untuk mendirikan Serikat Sabda Allah pada 1875  di Steyl, Belanda untuk menyediakan pasukan-pasukan misionaris yang akan diutus ke seluruh dunia. Sebelum akhir abad 19 dia sudah mulai mengirim  anggota- anggotanya pertama  ke  Cina.  Dan Cina  terus menarik minat.  Buku kecil ini  memberikan satu gambaran tentang salah seorang yang sejak kecil sudah menaruh hati untuk pergi ke Cina membawa Kabar Gembira Yesus  Kristus, ialah Petrus Noyen, misionaris dari Serikat Sabda Allah.

Dalam sketsa singkat ini kita coba mengenal P. Noyen sebagai seorang  yang  berpengalaman  dan  mempunyai bakat sebagai organisator yang pandai berintegrasi dengan orang-orang di sekitarnya dan merancang suatu karya besar untuk  membuat  orang-orang itu  bahagia dan  sejahtera sesuai dengan ajaran Injil. Dengan mengelola pendidikan di sekolah-sekolah Katolik P. Noyen meletakkan dasar untuk karya Misi yakni membangun manusia bermutu dan beriman yang utuh, beradab dan bermartabat “yang mengasihi Allah di atas segala-galanya,  dan mengasihi sesama seperti diri sendiri.”

Didorong oleh cinta akan tugas missioner dan semangat berkorban Mgr.  Noyen  telah menjadi teladan yang mengobarkan hati banyak pemuda dan pemudi untuk menjadi  misionaris  dalam  serikat-serikat religius  yang didirikan oleh Santo Arnoldus Janssen yang hingga saat ini bekerja di Indonesia. Dan jika pada tahun 2013 para putera-puteri Santo Arnoldus Janssen memperingati masa bakti selama seratus tahun di Indonesia, maka sudah pada tempatnya kita semua bergabung dalam madah syukur dan pujian kepada Allah yang telah memberkati dengan limpah karya pelayanan yang tulus dalam kebun anggur- Nya di Indonesia yang dirintis oleh Mgr. Petrus Noyen SVD. Sudah puluhan tahun bangsa yang mendiami kepulauan yang indah ini telah mendengar misionaris-misionaris berbicara dalam bahasa mereka tentang perbuatan-perbuatan  ajaib Allah!

Lain-lain

Ilmu Perbandingan Agama

Posted on 21 Desember 201610 Juli 2023 By ledalero
Ilmu Perbandingan Agama

ilmu-perbandingan-agama-2-previewPenulis : Dr. Philipus Tule
Cetakan 1 : September 2016
Terbitan :Penerbit Ledalero
Ketebalan : viii + 146 hlm
Ukuran Buku : 140 x 210 mm
Harga : Rp. 45.000
Bagi sebagian besar individu dan umat, agama itu diterima dari orangtua atau pun nenek moyang sebagai warisan, tanpa kesadaran dan kebebasan untuk memilihnya. Bagi sebagian lain, khususnya di kalangan masyarakat modern, agama dibiarkan untuk dipilih dan dianut secara bebas oleh setiap individu yang dewasa. Oleh karena itu, setiap individu dibiarkan hingga masa dewasa untuk memilih agama yang tepat sesuai pilihan dan keputusan pribadi yang bebas. Terlepas dari dampak positif dan negatif tindakan individu memilih sebuah agama, kenyataan membuktikan bahwa dewasa ini penghayatan serta masalah agama sangat banyak dialami dan dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari, dalam surat kabar, radio dan televisi, dalam konperensi, musyarawarah dan seminar. Ketiga hal berikut dapat diidentifikasi sebagai sebab agama mendominasi kehidupan manusia dewasa ini.
1) Sebab yang azasi adalah bahwa agama itu bukanlah perkara sederhana, tapi merupakan dasar hidup manusia dan masyarakat seutuhnya. Agama itu mencakupi semua hal ikhwal kehidupan manusia: sikap dan pandangan hidup tentang ‘Yang Ilahi’ dan ‘yang duniawi’. Dalam agama segala dasar kehidupan manusia yang pribadi dan sosial terpadu menjadi satu.
2) Sebab yang khusus adalah bahwa dunia umumnya dan bangsa Indonesia khususnya semakin sering menyaksikan dan mengalami kegoncangan dan tantangan terhadap kehidupan bermasyarakat yang aman, sejahtera, damai, sentosa, rukun dan harmonis sebagai akibat dari pemahaman dan penghayatan agama yang keliru.
3) Sebab yang lain adalah bahwa ada pandangan atau paham ekstrim dari segelintir penganut agama dan anggota kelompok etnis tertentu yang semakin mewarnai dunia dewasa ini. Benturan dan bahkan konflik antaragama dan antarbudaya semakin menggejala sebagaimana nampak dalam: – cara hidup lama yang berhadapan dengan cara hidup baru; – cara pandang agama berhadapan dengan cara pandang adat / kebudayaan ; – cara hidup feodal berhadapan dengan cara hidup demokratis; – cara hidup masyarakat yang eksklusif dengan yang inklusif; – cara pandang etnocentris (ke-Jawaan, ke-Floresan, ke- Katolikan, ke-Islaman, ke-Hinduan, dll) berhadapan dengan cara pandang pluralis yang menjunjung tinggi kemajemukan yang harmonis.
Searah dengan tendensi dunia yang mulai menggugat isolasi dan kefanatikan dalam agama, etnisitas dan kebudayaan untuk mengusahakan pembaruan, kita pun mempelajari Ilmu Perbandingan Agama (sejarah nama dan perkembangannya) demi tujuan formasi, transformasi ataupun reformasi (revolusi) sikap iman. Karena seperti pepatah Inggeris mengatakan: “Revolution rejects yesterday and builds up tomorrow”

Agama, Antropologi, Lain-lain, Pastoral, Teologi

LUKA, LAWO, NGAWU – Kekayaan Kain Tenunan dan Belis di Wilayah Lio, Flores Tengah

Posted on 13 Oktober 201513 Oktober 2015 By ledalero
LUKA, LAWO, NGAWU – Kekayaan Kain Tenunan dan Belis di Wilayah Lio, Flores Tengah

Luka Lawo NgawuJudul : LUKA, LAWO, NGAWU – Kekayaan Kain Tenunan dan Belis di Wilayah Lio, Flores Tengah
Penulis : Prof. Dr. Willemijn de Jong
Penerbit : Penerbit Ledalero, Cet. 1 Oktober 2015
Jumlah Hlm : xiv + 456 hlm
Ukuran buku : 150 x 230 mm
ISBN : 978-602-1161-14-2
Harga : Rp.95.000
Kategori : Sosio Antropologi

Pokok pembicaraan dalam buku ini ialah perempuan-perempuan penenun di Lio, Pulau Flores, serta arti sosial yang menyeluruh dari tenunan mereka yang bernilai tinggi dari segi prestise dan seni, yang kebanyakannya ditenun dengan pola ikat yang indah, yang dikerjakan dengan cara rumit dan kompleks. Tenunan-tenunan itu, dipandang sebagai kekayaan kain (clothwealth), yang penting untuk dipakai, dijual, dan dihadiahkan, terutama sebagai pemberian balasan untuk belis. Yang hendak ditelaah selanjutnya ialah arti penting dan nilai dari kain tenunan itu dalam bidang pekerjaan, perkawinan, dan apa pengaruhnya untuk posisi perempuan serta hubungan antara jenis kelamin di dalam masyarakat kampung mereka. Di dalamnya terungkap pendapat dari perempuan-perempuan penenun dengan latar belakang sosial yang berbeda-beda, serta keterikatan mereka dengan anggota-anggota keluarga terdekat dan juga pendapat dari tokoh-tokoh lokal yang mempunyai kewenangan.
Buku ini berusaha menyoroti suasana kehidupan petani dari sebuah wilayah dalam Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yang pada umumnya dipandang miskin, jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Dengan memusatkan perhatian pada tenunan sebagai sebuah bentuk kekayaan lokal yang penting, sebagai karya seni budaya, dan sebagai objek harta dan prestise, kiranya buku ini dapat mewakili suatu pandangan yang menyeluruh, tanpa hendak meremehkan masalah-masalah ekonomi yang sudah sangat tersebar, yang juga dikemukakan sebagai tema dalam hubungan dengan pekerjaan menenun.
Edisi karya penelitian ini, sudah terbit hampir dua puluh tahun lalu dalam Bahasa Jerman. Edisi kedua ini diterbitkan dalam bahasa Indonesia mencakup bagian etnografis yang kiranya menarik perhatian pembaca Indonesia. Satu edisi lengkap membutuhkan pengolahan ulang dari bagian pertama, yaitu bagian teoretis dari karya ini. Suatu diskusi teoretis mengenai kekayaan tenunan, belis dan hubungan antar jenis kelamin ada pada bab penutup buku ini. Ini adalah diskusi dan telaahan dari perspektif sosio-antropologis, yang dibuat dengan cara melakukan beragam pengamatan, wawancara, pembicaraan informal hingga informasi, dan data dianalisa. Tesis-tesis, konsep-konsep serta pengertian-pengertian utama dari studi ini dikemukakan dalam bentuk yang singkat dalam bab pendahuluan yang telah dikerjakan ulang. Dalam hubungan dengan posisi penelitian, buku ini terutama mencerminkan perdebatan-perdebatan dari tahun 1980-an dan tahun 1990-an. Hanya beberapa publikasi yang terpilih, yang sudah terbit sesudah tahun 1998 dimasukkan lagi di dalam bab pendahuluan dan bab penutup. Hanya sedikit sekali perubahan yang diadakan dalam hubungan dengan etnografi itu sendiri. Perubahan-perubahan ini berhubungan terutama dengan aspek-aspek formal dan di beberapa tempat diadakan perbaikan-perbaikan kecil untuk melindungi para narasumber, baik perempuan maupun laki-laki.
Beberapa pengertian yang digunakan dalam karya ini, membutuhkan suatu uraian yang lebih tepat dari sudut pandang sekarang. “Tradisi-tradisi”, “cara tradisional” pada umumnya menunjuk pada jaman kolonialisme sampai tahun 1945 dan masa pemerintahan Presiden Soekarno sampai pertengahan tahun 1960-an. Namun dalam banyak konteks pengertian-pengertian ini digunakan dalam hubungan dengan modernitas. “Tradisi-tradisi” dari sudut pandang pribumi pada waktu diadakan penelitian ini, sangat sentral, dan tetap sentral sampai sekarang. Tradisi-tradisi lokal yang kerapkali diasosiasi dengan seluruh kompleks norma-norma hukum adat dan praktek-praktek adat yang berkaitan, bersama membentuk keterikatan historis – dan demikian bagian-bagian yang penting – dari bentuk-bentuk yang spesifik dari modernitas di Indonesia. Juga Orde Baru dari Presiden Soeharto yang mengarah kepada perkembangan telah mendorong timbulnya bentuk-bentuk khusus dan regional yang baru dari modernitas ini. Terutama dengan perkembangan pertanian, kerajinan tangan, pendidikan dan kesehatan oleh Misi Katolik dan Pemerintah Indonesia, di Flores, telah berkembang bentuk-bentuk modernitas tersendiri, di mana tradisi-tradisi tetap memainkan peranan yang penting.
Penulis memandang publikasi ini sebagai suatu penghormatan kepada budaya yang hidup dari kerajinan tangan di Indonesia dan khususnya sebagai penghormatan untuk perempuan-perempuan penenun, yang memiliki pengetahuan khusus dan kemampuan yang luar biasa – dan didukung oleh keluarga mereka – serta mempesona para pemerhati lokal dan asing. Namun “seni ikat” tidak mudah terpantau oleh mata yang tidak terlatih, seperti yang dikemukakan oleh peneliti asal Flores, P. Sareng Orinbao, dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1972 dengan judul “Seni Tenun suatu Segi Kebudayaan Orang Flores”. Kekhususan dan arti tenunan baru dapat terbuka melalui pembahasan yang mendalam. Kita berharap kekayaan tenunan di Flores, latar belakangnya, gerakannya, dan implikasinya oleh sebuah publikasi lebih lanjut dalam bahasa Indonesia dapat terbuka untuk suatu kelompok pembaca yang lebih luas dan dengan demikian makin diperkenalkan kepada masyarakat luas. Dengan itu, pengetahuan dan kemampuan perempuan-perempuan penenun di Indonesia Timur ini semakin dikenal.

Antropologi, Seni dan Budaya, Sosiologi

Jamahan Kasih di Taman Kehidupan

Posted on 13 Oktober 201513 Oktober 2015 By ledalero
Jamahan Kasih di Taman Kehidupan

Judul :Jamahan Kasih Jamahan Kasih di Taman Kehidupan
Penulis : Alfons Betan, SVD
Penerbit : Penerbit Ledalero, cetakan ke-2, Oktober 2015
Jlh hlm : 112
Ukuran buku: 14,8 x 21 cm
ISBN : 979-9447-60-7
Kategori : Spiritualitas Alkitabiah
Harga : Rp.30.000
Siapakah yang tidak bergembira, apabila ia memperoleh jamahan kasih dalam pelbagai macam cara dan bentuk dari orang-orang lain; atau apabila ia sungguh merasakan bahwa ada tempat khusus baginya di dalam hati mereka? Siapakah yang tidak berbahagia, kalau jamahan kasih yang dirasakannya itu berasal dari Tuhan sebagai sumber hidup dan keberadaannya? Sadar atau tidak, jamahan kasih itu terjadi baik dalam perjumpaan, interaksi dalam pergaulan maupun dalam perpisahan. Hal-hal ini biasa terjadi dalam hidup kita. Begitu biasanya hal-hal ini terjadi sehingga kita sering kurang menyadari dan menghayati maknanya, padahal sebetulnya banyak sekali pembaruan dalam hidup bisa terjadi karena adanya kejadian-kejadian ini.
Dalam buku ini, berdasarkan inspirasi injil Yohanes, secara khusus penulis mau menyoroti relasi timbal-balik antara Yesus dan Maria Magdalena dan siapa saja yang diwakili oleh perempuan ini. Ada hal-hal yang menarik perhatian sehubungan dengan relasi antara keduanya, khususnya dengan perjumpaan, interaksi dan perpisahan mereka. Itulah yang disajikan dalam buku dan dimaksudkan untuk membantu membuka wawasan, pemahaman dan penghayatan kita tentang iman dan kasih yang dewasa.
Untuk bisa sampai ke tahap itu, kita diajak untuk membina relasi yang baik antar pribadi termasuk dengan yang lawan jenis kelamin. Perjumpaan, pergaulan dan keberadaan kita bersama mereka sangat membantu kita dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan kedewasaan pribadi, inteligensi, afeksi, dan kasih di antara kita. Kita bisa saling memperkaya satu sama lain baik lewat pernikahan bagi orang yang mau dan sudah menikah, maupun lewat cara atau jalan hidup yang berlainan, misalnya antara yang satu hidup sebagai seorang religius dengan yang lain yang bukan religius maupun antara sesama religius.
Berkat relasi itu, kita dibantu juga untuk melihat, mempertimbangkan dan memberi keputusan secara tegas dan dewasa tentang arah atau jalan hidup mana yang harus dan akan kita pilih. Kita hendaknya mengalami kebahagiaan dengan keputusan itu. Kita memilih bagian yang terbaik demi kebaikan kita sendiri, dan demi kepentingan banyak orang yang akan kita layani sambil memperlakukan orang-orang tertentu yang terlibat dalam relasi kita itu dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab. Hendaknya kita juga menumbuhkembangkan sikap tahu berterima kasih kepada mereka yang dengan caranya tersendiri telah membantu kita dalam proses mengalami kehidupan iman dan cinta yang dewasa.
Buku ini bisa dijadikan sebagai salah satu sumber inspirasi baik bagi pembinaan pribadi maupun dalam kelompok.

Liturgi dan Kitab Suci, Spritualitas
  • Agama
  • Antropologi
  • Bahasa & Sastra
  • Biografi
  • Ekonomi
  • Etika
  • Filsafat
  • Gereja
  • Keluarga
  • Komunikasi
  • Lain-lain
  • Liturgi dan Kitab Suci
  • Pastoral
  • Pendidikan
  • Politik
  • Psikologi
  • Seni dan Budaya
  • Sosiologi
  • Spritualitas
  • Teologi
  • Resolusi Masa Depan Pelajar – Teguhkan Iman, Menata Otak, Meraih Mimpi
  • Mendengarkan Apa Kata Roh Kepada Gereja
  • Terus Berubah Tetap Setia; Dasar, Pola, Konteks Misi
  • COVID-19 DAN VISI MASA DEPAN KEHIDUPAN BERSAMA
  • TERLIBAT – Kumpulan Sajak
  • SOSIOLOGI Lain-lain
  • DIPANGGIL UNTUK KEMERDEKAAN Lain-lain
  • MONOLOGION – Ketika Kata Bertingkah Bahasa & Sastra
  • MEMBONGKAR DERITA – Teodice: Sebuah Kegelisahan Filsafat dan Teologi Filsafat
  • Menjebol Jeruji Prasangka: Membaca Alkitab Dengan Jiwa Gereja
  • Bahasa Indonesia Identitas Kita Lain-lain
  • Allah Menggugat Sebuah Dogmatik Kristiani Teologi
  • Imam Masa Kini Gereja

Copyright © 2023 ledalero-publisher.com.

Powered by PressBook News WordPress theme